Kamis, 08 Desember 2011

Team Order dalam Olahraga. Bolehkah ?

Team order. Mungkin beberapa dari kita masih asing dengan istilah ini. Ya, istilah ini memang digunakan dalam kalangan tertentu saja, terutama olahraga. Team order sendiri artinya permintaan atau perintah dari tim untuk mengunggulkan salah satu anggotanya. Masih bingung ? Lebih baik diberi contoh langsung saja, ya. Misalnya contoh paling mudah dalam cabang motorsport (motGP atau F1). Misalkan, ada satu tim yang salah satu dari dua pembalapnya (anggaplah si A dan si B). Dalam kasus ini si A berpeluang kuat dalam persaingan menjadi juara di akhir musim. Nah, team order biasanya diterapkan dan si B harus -mau tidak mau- memuluskan jalan si A dalam persaingan tersebut. Bisa dilakukan dengan "menyerah" atau membantu. Menyerah misalkan si B berada dalam posisi 1 di suatu race, si A di posisi 2 dan si X (pesaing si A) di posisi 3, maka si B menyerah dengan membiarkan ia dilewati si A. Dilanjutkan dengan membantu menahan pergerakan si X agar si A dapat mulus memimpin lomba dan finis di urutan pertama tanpa gangguan dari pesaingnya.

Contoh lain bisa dari dunia sepak bola. Misalkan si R berpeluang menjadi top skorer di akhir musim. untuk membantunya menambah jumlah gol, maka setiap pemain yang berada di pertahanan lawan, sebisa mungkin mengumpan pada si R. Dengan sodoran umpan yang melimpah dari semua rekan-rekannya ini, sang pelatih atau manager berharap si R bisa mencetak lebih banyak gol, ketimbang berjuang sendiri secara normal dimana ada rekan striker lain yang juga bisa diberi umpan dan mencetak gol.

Team order memang sering dilakukan. Meskipun tidak ada tim yang secara terang-terangan mengakui sudah menerapkan team order. Karena kebanyakan penikmat olahraga menganggap hal ini melanggar nilai-nilai fair play. Bila anda sering menonton tayangan sebuah liga terkemuka di salah satu stasiun TV swasta, mungkin anda pernah melihat iklan yang sangat bermakna dan secara tidak langsung menunjukkan anti-team order. Adegannya adalah saat pertandingan hampir usai dan kedudukan masih imbang, si Bintang utama yang sudah bersusah payah menggiring bola, menghindari beberapa tackle lawan. Pada saat ingin mencetak gol, ia melihat sedikit celah kosong, tetapi ia sendiri tidak memungkinkan untuk melepaskan tendangan dari posisinya saat itu. Pikirannya menjadi bimbang, ia melihat supporter mengelu-elukannya, membawa spanduk bertuliskan I SCORE TO BE A TOP SCORER, dan ia juga melihat pergerakan temannya ke arah celah kosong tersebut. Akhirnya, dengan mengatasi sifat egois, ia mengumpan kepada rekannya yang dengan mudah memaksimalkan umpan di depan celah kosong tersebut menjadi gol.dan diakhir iklan tersebut ada slogan yang kira kira bebunyi NOT MY GLORY, BUT TEAM GLORY.

Dalam pandangan saya sendiri, team order ini sah-sah saja. Karena si pembalap atau si striker tadi sedang berjuang dalam suatu persaingan, maka sepatutnyalah rekan-rekannya yang lain memberi bantuan. Dalam hal ini, rekan-rekan tersebut tidak ikut dalam  persaingan yang sama. Dari kasus pembalap tadi misalnya, si B tidak lagi berpeluang menjadi juara dunia, maka yang bisa dilakukannya sebagai rekan yang baik adalah membantu si A. Begitu juga dengan para gelandang rekan si striker yang sebisa mungkin mengumpan kepada si striker tersebut untuk memudahkannya menambah koleksi gol.

Akan tetapi, bila si pembalap atau si striker sudah berhasil, sudah sepatutnya juga ia mengungkapkan rasa terimakasihnya yang sangat dalam kepada semua pihak yang telah membantunya, dalam hal ini utamanya adalah rekan-rekan yang "berkorban" tadi, karena secara tidak langsing dia telah mengambil "jatah kemenangan" atau "jatah kebanggan" rekannya tadi. Dengan begitu, akan tercipta keharominisan adn kekompakan dalam tim tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar