Rabu, 23 November 2011

Kisah Mary Celeste, Teka-teki Kapal Pembawa Sial (Part 2)


Begitu Mary Celeste membuang sauh, langsung 'dikarantina' oleh Marshall of the Vice Admiralty Court. Ini diluar dugaan Morehouse. Tujuannya jelas, diamankan lebih dulu sebelum ada claim atau tuntutan resmi.

Sesuai dengan Hukum Pelayaran Internasional, pihak penyelamat berkah mendapatkan hak atas kekayaan yang mereka temukan. Tetapi kasus yang umum adalah penemuan kapal yang rusak sebagian atau seluruhnya, dan ditinggalkan oleh awak kapal. Dibiarkan dan seakan-akan dibuang di tengah laut, tetapi keadaannya masih baik,masih baik berlayar. Dan yang lebih penting, kecuali keadaan kapal masih sangat baik, muatannya saja nilainya tak kurang dari $30.000. Suatu jumlah yang besar waktu itu. Mengapa kapal yang masih sangat bernilai itu ditinggalkan seakan-akan terbuang di laut?

Pihak Perhubungan Laut Inggris dan Gibraltar segera mengirimkan petugas penyelidik ke kapal Celeste. Mula-mula dua orang penyelam yang memeriksa bagian bawah kapal. Hasilnya tidak ada sesuatu yang mencurigakan. Semuanya dalam keadaan baik. Juga dikirim petugas yang ahli dalam pembuatan kapal, tiga orang ahli dari Angkatan Laut, tiga nahkoda, untuk memeriksa semua bagian kapal Celeste, mencari penyebab mengapa Celeste sampai ditinggalkan di tengah laut. Hasilnya tak ada sesuatu yang aneh. Semuanya dalam keadaan baik. Keadaan Mary Celeste memang masih sangat baik. Nah, itulah yang menjadi sumber teka-teki mengapa ditinggalkan begitu saja di tengah laut, seakan-akan dibuang.





Kehadiran Mary Celeste menggemparkan Inggris dan Gibraltar. Orang yang biasa berkecimpung dalam dunia pelayaran, penasaran membicarakan misteri Mary Celeste. Di mana awak kapal Mary Celeste? Mengapa kapal itu ditinggalkan? Mengapa tergesa-gesa meninggalkan? Ada bahaya apa? Belum ada jawaban.

Masalah Mary Celeste akhirnya sampai ke pengadilan. Sebab hanya pengadilanlah yang berhak memutuskan kebenaran. Pengadilan Gibraltar mendapat tugas memecahkan misteri Celeste. Pada waktu itu yang menjadi Attorney (General atau Jaksa Agung) adalah Mr. Flood. Seorang jaksa yang hebat dan sangat teliti. Penegak hukum yang keras dan tangguh. Dia juga dikenal sebagai jaksa yang "lebih senang melihat sepuluh orang tak bersalah mati di tiang gantungan daripada seorang yang bersalah lolos". Dengan cepat dan tegas, kontan saja Flood menyatakan keyakinannya, bahwa dalam menghadapi kasus Mary Celeste dia berhadapan dengan perompak dan bajaklaut. Tegas-tegas ia menyatakan, kasus Mary Celeste adalah kasus perampokan dan pembunuhan. Tak ada soal lain. Tuduhan bagi Morehouse sudah jelas. Merampok dan membunuh awak kapal Celeste.

Flood memastikan bahwa kedua kapal, Dei Gratia dan Celeste bersandar berdekatan di pelabuhan New York. Mereka bertolak berbarengan. Ada satu yang pantas dicurigai - demikian kata Flood, Skipper - atau kapten - kedua kapal itu sudah saling berkenalan, bahkan makan bersama sebelum bertolak.

"Kapten Morehouse sudah sangat mengetahui keadaan kapal, kekuatan awak kapal, bahkan sangat mengetahui nilai muatan Celeste." katanya dengan lantang. Nada suaranya meninggi waktu mengatakan itu, seakan-akan sudah ingin mengatakan Morehouse merampok Celeste.

Deveau ditampilkan. Sebagai orang yang 'turun' ke Mary Celeste, dia juga mendapat serangan gencar. Sebuah congkelan pada kayu pagar kapal dipermasalahkan. Congkelan tersebut diduga bekas bacokan senjata tajam. Apakah Deveau mempehatikan itu? Deveau menjawab tidak. Jaksa mengemukakan, di dekat bekas congkelan di kayu itu terdapat noda, yang mungkin sekali bekas darah. Noda juga terdapat di geladak, yang sudah dibersihkan.

"Apakah Saudara memperhatikan itu? tanya Flood.
"Saya tidak melihat setitik darah pun di geladak." jawab Deveau.
"Kami tidak membersihkan atau menyikat geladak Celeste. Tak ada waktu. Lautlah yang mengguyurnya."
"Yah, air asin!" potong Flood dengan bersemangat. "Air laut mengandung asam clorida yang dapat melarutkan partikel-partikel darah."

Setelah membombardir dengan masalah noda darah, Flood mengemukakan persoalan baru. Apakah Deveau melihat pedang Italia di Mary Celeste?

"Yah,kutemukan pedang itu di bawah tempat tidur kapten," jawab Deveau. "Aku melihatnya setelah pedang itu kutarik dari tempatnya. Lalu kukembalikan lagi ke tempatnya semula. Pedang itu tak kuperhatikan secara cermat. Yang kuingat pedang itu berkarat."

"Pedang itu," kata Mr.Flood, "telah dibersihkan dengan air jeruk.Nah, dengan itu pedng telah dilapisi cairan yang mampu menutupi tanda-tanda darah yang pernah ada."

Flood belum puas. Kini melontarkan serangan lain. Dalam buku catatan pelayaran disebutkan bahwa tanggal catatan terakhir adalah 24 November. Posisi kapal berada 110 mil sebelah barat pulau Santa Maria. Awak kapal Dei Gratia melihat kapal itu sepuluh hari kemudian, kira-kira 550 mil dari pulau Santa Maria, dan masih mengarah ke timur laut. Bagaimana mungkin - kata Flood - kapal tak berawak, tanpa kemudi, bisa menempuh jarak sejauh itu dan mempertahankan arah. Flood kemudian menyimpulkan, Dei Gratia pasti telah bertemu dan melumpuhkan Celeste beberapa hari lebih awal dari hari yang dilaporkan bertemu dengan Celeste.

Kelasi kelas satu Deveau tak bisa berbicara banyak mengenai itu. Menurut pendapatnya, mungkin saja kapal itu merubah arah beberapa kali. Kemudian Flood mengejar soal buku catatan pelayaran. Jaksa menanyakan apakah Deveau tetap menyimpan buku catatan pelayaran Celeste sampai waktu dia mulai melayarkan Celeste mengikuti Dei Gratia, dan mengisinya sesuai peraturan yang berlaku.

"Ya.Buku catatan itu kusimpan." jawabnya cepat. "seperti telah kukatakan, buku tersebut ku isi setelah tiba di Gibraltar. Hanya berdasarkan ingatan saja."

Flood segera pula mengemukakan pendapat dan teorinya. "Kukira begini. Ini teoriku," kata Flood, "Begini. Awak kapal telah melahap alkohol, mabuk dan lalu membunuh kapten, istrinya dan juga anaknya. Lalu setelah itu merusak bagian-bagian tertentu untuk menimbulkan kesan seakan-akan kapal menabrak karang, dan untuk menarik perhatian kapal lain sehingga menolong. Kejadian itu berlangsung antara tanggal 25 November sampai 5 Desember. Kemana awak kapal? Setelah meninggalkan kapal, awak kapal itu menuju salah satu pelabuhan."

Flood dengan pertanyaan yang menggencar, hampir saja berhasil memasukkan awak kapal Dei Gratia ke dalam penjara. Untung saja mereka kemudian dihadapkan kepada Pengadilan Laut. Kini yang dihadapi Morehouse adalah orang-orang yang ahli dalam soal kapal layar. Benar-benar 'naga laut', yang jauh lebih mengetahui daripada Jaksa Flood.

Soal congkelan di kayu tidak dipersoalkan lagi. Kemungkinan besar itu hanya bekas ikatan tali saja. Soal geladak dan juga pedang, kemungkinan di lakukan oleh awak kapal Celeste sendiri. Seandainya pedang itu memang berlumuran darah, orang tak perlu membersihkannya dengan macam-macam,cukup menghilangkan jejak dengan membuang pedang itu ke laut. Selesai. Iya kan?

Sementara cerita mengenai Celeste terus beredar, banyak pula pelaut yang menyelidiki dengan tujuan benar-benar ingin memecahkan teka-teki Celeste.
Namun banyak yang menarik kesimpulan bahwa:
1. Celeste ditinggalkan secara tergesa-gesa.
2. Mereka yang meninggalkan Celeste, menyelamatkan diri dengan sekoci penyelamat.
3. Mereka(awak kapal) meninggalkan Celeste menuju ke laut, tetapi dalam keadaan yang aman utnuk menempuh suatu perjalanan. Ini terbukti dengan tidak adanya buku navigasi yang kemungkinan besar mereka bawa.

Muatan Celeste juga diselidiki. Satu-satunya bahan yang berbahaya di Celeste hanyalah alkohol. Kapten Briggs selama menjadi kapten belum pernah membawa muatan alkohol. Tentu saja dia tidak terbiasa dengan cairan yang bereaksi kimia ini. Muatan itu selama perjalanan mungkin sekali tergoncang-goncang. Bisa jadi gas memancar keluar sewaktu ada sebuah kotak yang berisi tong alkohol telah dibuka. Mungkin sekali untuk pemeriksaan. Bila pemeriksaan waktu itu menggunakan lampu api, mungkin sekali pada waktu itu api menyambar gas, terjadiledakan.

Takut kalau seluruh muatan meledak, sehingga kapten memerintahkan agar segera kapal dikosongkan.



Kehadiran istrinya, Sarah Elizabeth dan juga anknya, mungkin sekali juga ikut membuat sang kapten semakin khawatir. Kejadian selanjutnya bisa dibayangkan sendiri. Penumpang sekoci mendayung dengan putus asa, tanpa harapan. Kapal Celeste semakin menjauh berlayar tanpa kemudi tanpa awak. Penumpang sekoci akhirnya kelelahan, dan Celeste hilang dari pandangan. Tak ada daratan terlihat, tak ada makanan. Dan hari berikutnya (mungkin) sebuah ombak yang besar telah menggulungnya. Tamat sudah nasib si sekoci beserta penumpangnya.



Teori ancaman ledakan alkohol itu mula-mula dikemukakan oleh James Winchester, pemilik Celeste waktu itu.

Setibanya di New York, James Winchester langsung menjualnya. Dijual sebagai barang rongsokan. Pemilik baru memanfaatkan Celeste sebagai perahu pengangkut kayu ke Montevideo. Tetapi nampaknya Celeste memang masih selalu bernasib jelek. Di satu pelayaran ke Montevideo, ketika diserang badai, seluruh muatannya yang ada digeladak lenyap, dan juga muatan-muatan lain yang tidak tersusun rapi. Suatu kehilangan yang cukup melenyapkan keuntungan yang bakal diterima.

Pulangnya dari Montevideo, Celeste dimuati ternak, kuda dan bagal (blasteran kuda dan keledai). Sial. Dalam perjalanan tidak terjadi apa-apa, tetapi hampir sampai di tempat tujuan, semua muatan itu mati. Bahkan sang kaptennya pun ikut mati beberapa hari setelah mendarat.

Sejak itu Celeste terus berpindah tangan, dan tidak pernah lama dimiliki seseorang. Sehingga agak sulit mengikuti jejaknya, siapa pemiliknya dan kapan dipindah-tangankan. Baru tahun 1884 dapat diikuti jejak Mary Celeste lagi. Dia jatuh ke tangan Gilman C. Parker, dari Massachusetts. Seorang pelaut yang bertemperamen istimewa. Petualang laut yang berani, yang memahami seluk beluk dunia hitam di bidang pelayaran.

Bekerjasama dengan beberapa 'jagoan pantai, Gilman C. Parker merencanakan akan mencari keuntungan besar dengan Celeste. Kapal layar yang waktu itu sudah tua dan hampir tak bernilai lagi karena riwayatnya. Celeste dimuati penuh barang-batang rombengan. Dipadati penuh-penuh. Muatan yang nilainya hanya beberpa ratus dolar. Tetapi didaftarkan sebagai barang niaga klas satu, dan akhirnya kapal dan muatannya diasuransikan dengan nilai $27.000. Kapten Parker kemudian mengarahkan layar menuju Caribbea.

Seperti diketahui di perairan Haiti banyak tersebar karang-karang tajam yang bermunculan di laut. Bentangan bukit karang itu salah satunya Rochelois Bank. Terdiri dari jajaran karang yang siap mencabik-cabik kapal kayu. Gilman C. Parker mengarahkan kesitu. Memerintahkan agar juru mudi tetap di posnya, dan menjalankan tugasnya dengan tenang. Celeste terus melaju dan memasuki kawasan karang yang tajam.Ombak pun ikut mendorong Celeste.

Tak ada ledakan. Tak ada yang mengelegar.Sebab muatan Celeste hanyalah barang rombengan. Setelah semuanya sempurna, sepertidirencanakan,Parker memerintahkan agar bensin diguyurkan membasahi geladak Celeste.Lalu di sundut obor. Dibawah matahri yang memancar terang,Celeste menggeliat-geliat dimakan api. Sore hari tinggal sisa-sisa tiang layar dan bagian yang terbenam di air. Tamatlah Celeste.

Dengan menumpang perahu nelayan, Gilman C. Parker kembali ke Boston,langsung menyiapkan tuntutan ganti rugi kepada perusahaan asuransi yang menanggungnya. Tetapi pihak asuransi nampaknya sudah mencium akal bulus Parker, dan langsung menanyai dan menyelidiki teman-teman Parker. Pelaut teman Parker,cerita apa adnya. Sial bagi Parker.Akhirnya Parker dan ketiga temannya dihadapkan ke Pengadilan dengan tuduhan penipuan asuransi. Ancaman hukumannya adalah mati di tiang gantungan.

Parker masih beruntung. Pengadilan memutuskan Parker dan kawan-kawan bebas dari hukuman, tetapi tidak mendapatkan tuntutannya. Tidak mendapatkan ganti rugi dari pihak asuransi.Polis dibatalkan. Tetapi kematian bagi Parker akhirnya datang juga. Delapan bulan kemudian dia mati tanpa sebab. Mati dalam penderitaan, reputasi jelek dan juga dililit kemiskinan. Nasib buruk juga menimpa konco-konconya,pelaut yang ikut membantu Parker membakar Celeste.Seorang jadi gila. Seorang lagi mati bunuh diri.

Di akhir hayatnya ternyata Celeste masih mengajak manusia untuk bersama-sama meninggalkan dunia ini. Begitulah Mary Celeste.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar