Numerologi lagi. Banyak media, bukan hanya forum, milis, twitter, facebook atau infotainment, melainkan juga media-media utama di Indonesia, mengangkat berita mengenai tanggal 26, angka 66 dan bencana yang menimpa Indonesia. Benarkah bencana nasional sering terjadi pada tanggal 26? Mari kita telaah akurasi berita ini bersama-sama.
Sebenarnya saya sama sekali tidak berniat menulis topik ini. Namun karena saya mendapat banyak pertanyaan mengenainya dan melihat berita ini masih disinggung-singgung di televisi, maka saya memutuskan untuk menulisnya supaya kita mendapatkan gambaran yang lebih tepat mengenai tanggal 26, angka 66 dan bencana nasional.
Disebutkan di media-media (salah satunya adalah okezone. klik disini) kalau tanggal 26 memiliki arti penting karena bencana-bencana nasional umumnya terjadi pada tanggal tersebut. Bencana-bencana yang dijadikan contoh adalah:
Tsunami besar Aceh yang terjadi pada tanggal 26 Des 2004. Lalu gempa Yogyakarta yang terjadi pada tanggal 26 Mei 2006. Kemudian gempa Tasikmalaya yang terjadi pada tanggal 26 Juni 2010. Tsunami Mentawai yang terjadi pada tanggal 26 Oktober 2010. Dan bersamaan dengan tsunami Mentawai adalah meletusnya gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober 2010.
Karena kesamaan ini, banyak orang yang menganggap tanggal 26 sebagai tanggal spesialis bencana dan memiliki arti mistis.
Lalu yang menjadi pertanyaan adalah, benarkah tanggal itu memiliki arti penting dalam kaitannya dengan bencana nasional?
Jawabannya adalah: Tidak sama sekali.
Mari kita lihat bencana-bencana yang disebutkan di atas satu persatu.
Tsunami besar Aceh yang terjadi pada tahun 2004 memang benar terjadi pada tanggal 26 Desember. Peristiwa ini memakan korban lebih dari 200.000 orang dan tercatat sebagai salah satu bencana alam terbesar di dunia. Jadi, klaim mengenai ini akurat.
Nah, masalahnya adalah gempa Yogyakarta yang terjadi pada tahun 2006. Gempa ini sesungguhnya bukan terjadi pada tanggal 26 Mei, melainkan pada tanggal 27 Mei. Kalian bisa mengeceknya di halaman wikipedia berikut ini. Klik disini. Jadi, gempa Yogyakarta tidak bisa dikaitkan dengan tanggal 26.
Lalu, Gempa Tasikmalaya tahun 2010. Gempa ini memang terjadi pada tanggal 26 Juni. Namun masalahnya gempa ini tidak bisa disebut bencana alam karena gempa yang terjadi berkekuatan kecil dan tidak menimbulkan kerusakan apapun. Kalian bisa mengeceknya di link dari vivanews berikut ini. Klik disini. Karena itu, memasukkan gempa Tasikmalaya Juni 2010 sebagai daftar bencana alam tidak pas sama sekali.
Berikutnya adalah Tsunami Mentawai tahun 2010. Sekali lagi, tsunami Mentawai sesungguhnya bukan terjadi pada tanggal 26 Oktober 2010, melainkan tanggal 25 Oktober 2010. Kalian bisa mengeceknya di link kompas.com berikut ini. Klik disini. Dengan demikian tsunami Mentawai juga tidak memiliki kaitan dengan tanggal 26.
Lalu, bencana terakhir yang disinggung adalah meletusnya gunung Merapi pada Oktober 2010 kemarin. Mengenai hal ini, kaitannya dengan tanggal 26 pun bisa diperdebatkan. Soalnya gunung Merapi sesungguhnya telah meletus dan mengeluarkan lava pada tanggal 25 Oktober, bukan 26 Oktober. Salah satu situs berita yang memuat kisah ini adalah Jakartapost.com pada tanggal 25 Oktober 2010.
The Jakarta Post, Jakarta | Mon, 10/25/2010 4:44 PM
Kesimpulannya adalah, dari 5 bencana yang disebut berkaitan dengan tanggal 26, hanya 4 peristiwa yang bisa disebut sebagai bencana. Dan dari 4 itu, yang terjadi pada tanggal 26 hanya 1 peristiwa, yaitu tsunami Aceh.
Jadi, mengkaitkan bencana-bencana tersebut dengan tanggal 26 sama sekali tidak beralasan.
Lagipula, kita selalu bisa bertanya dengan kritis kepada pembuat berita ini. Mengapa bencana alam besar lainnya seperti gempa Padang, tsunami Pangandaran dan banjir Wasior tidak dimasukkan? Padahal korban jiwa akibat bencana-bencana tersebut juga sangat banyak.
Tentu saja karena bencana-bencana tersebut tidak terjadi pada tanggal 26.
Gempa Padang terjadi pada tanggal 30 September 2009. Tsunami Pangandaran terjadi tanggal 17 Juli 2006 dan banjir Wasior terjadi pada tanggal 04 Oktober 2010. Lagipula, jika letusan Merapi bulan Oktober 2010 disinggung, mengapa letusan Merapi tahun 1994 dan 2006 tidak disinggung?
Mungkin karena pada tahun 1994, Merapi meletus tanggal 22 November (27 korban jiwa) dan pada tahun 2006, Merapi meletus tanggal 19 April.
Jadi, sekali lagi, bencana nasional di Indonesia tidak hanya terjadi pada tanggal 26. Dengan kata lain, ini adalah contoh kehebohan yang didasarkan pada data yang tidak akurat.
Lalu, saya menemukan sebuah daftar yang menarik dari sebuah media. Untuk memperkuat argumen mengenai kaitan antara tanggal 26 dengan bencana besar, media tersebut memberikan daftar 34 gempa bumi, 2 tsunami dan 1 gunung meletus yang terjadi pada tanggal 26. Kali ini bencana yang didaftar adalah bencana-bencana yang terjadi di seluruh dunia antara tahun 1531 hingga sekarang.
Berikut daftar bencana-bencana tersebut (saya harus menampilkan daftar ini agar kalian bisa memahami maksud saya):
Saya akan memberikan gambaran itu untuk kalian.
Namun, kita hanya akan melihat gambaran bencana yang terjadi pada abad 20 dan 21. Jadi, kita akan menghilangkan bencana no.1 sampai no.7 karena bencana-bencana tersebut terjadi sebelum tahun 1900. Lalu, saya akan membuang bencana no.33 hingga no.37 (yang terjadi di Indonesia) karena sudah saya bahas di atas. Lagipula, kita memang harus mengeluarkan bencana gunung meletus dan tsunami karena daftar itu seluruhnya berisi bencana gempa bumi.
Sekarang kita memiliki daftar 25 bencana gempa bumi dunia yang terjadi pada tanggal 26 antara tahun 1900 hingga sekarang.
Apakah jumlah ini cukup banyak sehingga kita bisa menganggap tanggal 26 memiliki arti mistis?
Tentu saja tidak. Saya akan tunjukkan dengan statistik.
Di wikipedia, ada satu halaman khusus yang mendaftar gempa-gempa bumi yang terjadi antara tahun 1900 hingga sekarang. Kalian bisa melihat daftar itu dengan mengklik disini. Dalam daftar ini terdapat 1.316 gempa yang terjadi di seluruh dunia (Bukankah luar biasa ada orang yang sedemikian rajinnya membuat daftar ini?).
Lalu, saya menghitung jumlah gempa berdasarkan tanggal terjadinya. Ternyata dari 1.316 gempa bumi tersebut, yang terjadi pada tanggal 26 hanya muncul sebanyak 50 kali (lebih banyak dari 25 gempa di daftar atas). Namun, jumlah ini hanya 3,8% dari keseluruhan daftar tersebut.
1.316 gempa itu ternyata terbagi hampir merata pada semua tanggal.
Tanggal terbanyak terjadinya gempa adalah tanggal 14 (57 kali - 4,33%). Lalu yang kedua adalah tanggal 25 (55 kali - 4,18%) dan disusul dengan tanggal 22 (54 kali - 4,10%).
Tanggal yang paling sedikit terjadi gempa adalah tanggal 31, yaitu hanya terjadi sebanyak 26 kali atau 1,98%. Ini wajar karena tanggal 31 hanya muncul 7 kali dalam 1 tahun.
Tanggal 26 menempati urutan ke 4 bersama-sama dengan tanggal 21 dan tanggal 13.
Saya mengkonversi data ini ke dalam sebuah chart untuk mempermudah melihat persentase tiap tanggal.
Hasilnya: sebuah roda yang sangat cantik.
Susunan warna pada roda tersebut menunjukkan kalau tidak ada tanggal yang mendominasi bencana. Semua mendapat jatahnya masing-masing.
Nah, sekarang, masihkah percaya kalau tanggal 26 adalah tanggal spesialis bencana?
Sekarang, secara singkat mengenai angka 66.
Orang-orang mulai menghubungkan angka 66 karena menghitung jarak antara gempa Yogyakarta tanggal 21 Agustus 2010 hingga meletusnya Merapi tanggal 26 Oktober 2010, yang jika dijumlahkan memiliki selang waktu 66 hari. Inipun bisa diperdebatkan karena jika kita berpatokan pada awal meletusnya Merapi, yaitu tanggal 25, maka selang harinya menjadi 65 bukan 66.
Kalau kita menghitung dari tanggal Merapi meminta korban jiwa, maka memang ada selang 66 hari.
Lalu, yang spektakuler adalah, angka 66 kemudian dihubungkan dengan nama Mbah Marijan, sang juru kunci gunung Merapi, yaitu dengan menghitung urutan abjad namanya dan menjumlahkannya.
M = 13, A = 1, R = 18, I = 9, J = 10, A = 1, N = 14
Jika dijumlah, kita mendapatkan total angka = 66.
Hitungan ini benar. Namun masalahnya satu. Penulisan nama mbah Marijan yang benar adalah MARIDJAN, bukan MARIJAN. Ejaan nama "Maridjan" ini bisa kalian lihat pada papan nama di rumahnya.
Jika menggunakan nama "Maridjan", maka kita mendapatkan angka 70.
Maka rusaklah hubungannya dengan angka 66.
Numerologi memang menarik. Dalam banyak kebudayaan, seperti kebudayaan Cina misalnya, numerologi memegang peranan cukup penting. Tulisan kali ini tidak dimaksudkan untuk menentang kepercayaan masyarakat tertentu. Saya hanya berusaha menilai sebuah berita dengan lebih objektif. Terima kasih.
Sebenarnya saya sama sekali tidak berniat menulis topik ini. Namun karena saya mendapat banyak pertanyaan mengenainya dan melihat berita ini masih disinggung-singgung di televisi, maka saya memutuskan untuk menulisnya supaya kita mendapatkan gambaran yang lebih tepat mengenai tanggal 26, angka 66 dan bencana nasional.
Disebutkan di media-media (salah satunya adalah okezone. klik disini) kalau tanggal 26 memiliki arti penting karena bencana-bencana nasional umumnya terjadi pada tanggal tersebut. Bencana-bencana yang dijadikan contoh adalah:
Tsunami besar Aceh yang terjadi pada tanggal 26 Des 2004. Lalu gempa Yogyakarta yang terjadi pada tanggal 26 Mei 2006. Kemudian gempa Tasikmalaya yang terjadi pada tanggal 26 Juni 2010. Tsunami Mentawai yang terjadi pada tanggal 26 Oktober 2010. Dan bersamaan dengan tsunami Mentawai adalah meletusnya gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober 2010.
Karena kesamaan ini, banyak orang yang menganggap tanggal 26 sebagai tanggal spesialis bencana dan memiliki arti mistis.
Lalu yang menjadi pertanyaan adalah, benarkah tanggal itu memiliki arti penting dalam kaitannya dengan bencana nasional?
Jawabannya adalah: Tidak sama sekali.
Mari kita lihat bencana-bencana yang disebutkan di atas satu persatu.
Tsunami besar Aceh yang terjadi pada tahun 2004 memang benar terjadi pada tanggal 26 Desember. Peristiwa ini memakan korban lebih dari 200.000 orang dan tercatat sebagai salah satu bencana alam terbesar di dunia. Jadi, klaim mengenai ini akurat.
Nah, masalahnya adalah gempa Yogyakarta yang terjadi pada tahun 2006. Gempa ini sesungguhnya bukan terjadi pada tanggal 26 Mei, melainkan pada tanggal 27 Mei. Kalian bisa mengeceknya di halaman wikipedia berikut ini. Klik disini. Jadi, gempa Yogyakarta tidak bisa dikaitkan dengan tanggal 26.
Lalu, Gempa Tasikmalaya tahun 2010. Gempa ini memang terjadi pada tanggal 26 Juni. Namun masalahnya gempa ini tidak bisa disebut bencana alam karena gempa yang terjadi berkekuatan kecil dan tidak menimbulkan kerusakan apapun. Kalian bisa mengeceknya di link dari vivanews berikut ini. Klik disini. Karena itu, memasukkan gempa Tasikmalaya Juni 2010 sebagai daftar bencana alam tidak pas sama sekali.
Berikutnya adalah Tsunami Mentawai tahun 2010. Sekali lagi, tsunami Mentawai sesungguhnya bukan terjadi pada tanggal 26 Oktober 2010, melainkan tanggal 25 Oktober 2010. Kalian bisa mengeceknya di link kompas.com berikut ini. Klik disini. Dengan demikian tsunami Mentawai juga tidak memiliki kaitan dengan tanggal 26.
Lalu, bencana terakhir yang disinggung adalah meletusnya gunung Merapi pada Oktober 2010 kemarin. Mengenai hal ini, kaitannya dengan tanggal 26 pun bisa diperdebatkan. Soalnya gunung Merapi sesungguhnya telah meletus dan mengeluarkan lava pada tanggal 25 Oktober, bukan 26 Oktober. Salah satu situs berita yang memuat kisah ini adalah Jakartapost.com pada tanggal 25 Oktober 2010.
The Jakarta Post, Jakarta | Mon, 10/25/2010 4:44 PM
"Mount Merapi erupted several times on Monday afternoon, spewing lava down its southern and southeastern slopes. Three major eruptions were recorded at 2:04 p.m., 2:24 p.m. and 3:15 p.m, according to reports from Merapi monitors and as reported by kompas.com."Jadi, pada tanggal 25 Oktober itu, Merapi telah memuntahkan lava sebanyak 3 kali, yaitu pada pukul 14:04, 14:24 dan 15:15. Letusan tanggal 26 Oktober adalah letusan yang lebih diingat karena memakan korban jiwa akibat adanya wedus gembel.
Kesimpulannya adalah, dari 5 bencana yang disebut berkaitan dengan tanggal 26, hanya 4 peristiwa yang bisa disebut sebagai bencana. Dan dari 4 itu, yang terjadi pada tanggal 26 hanya 1 peristiwa, yaitu tsunami Aceh.
Jadi, mengkaitkan bencana-bencana tersebut dengan tanggal 26 sama sekali tidak beralasan.
Lagipula, kita selalu bisa bertanya dengan kritis kepada pembuat berita ini. Mengapa bencana alam besar lainnya seperti gempa Padang, tsunami Pangandaran dan banjir Wasior tidak dimasukkan? Padahal korban jiwa akibat bencana-bencana tersebut juga sangat banyak.
Tentu saja karena bencana-bencana tersebut tidak terjadi pada tanggal 26.
Gempa Padang terjadi pada tanggal 30 September 2009. Tsunami Pangandaran terjadi tanggal 17 Juli 2006 dan banjir Wasior terjadi pada tanggal 04 Oktober 2010. Lagipula, jika letusan Merapi bulan Oktober 2010 disinggung, mengapa letusan Merapi tahun 1994 dan 2006 tidak disinggung?
Mungkin karena pada tahun 1994, Merapi meletus tanggal 22 November (27 korban jiwa) dan pada tahun 2006, Merapi meletus tanggal 19 April.
Jadi, sekali lagi, bencana nasional di Indonesia tidak hanya terjadi pada tanggal 26. Dengan kata lain, ini adalah contoh kehebohan yang didasarkan pada data yang tidak akurat.
Lalu, saya menemukan sebuah daftar yang menarik dari sebuah media. Untuk memperkuat argumen mengenai kaitan antara tanggal 26 dengan bencana besar, media tersebut memberikan daftar 34 gempa bumi, 2 tsunami dan 1 gunung meletus yang terjadi pada tanggal 26. Kali ini bencana yang didaftar adalah bencana-bencana yang terjadi di seluruh dunia antara tahun 1531 hingga sekarang.
Berikut daftar bencana-bencana tersebut (saya harus menampilkan daftar ini agar kalian bisa memahami maksud saya):
- 26 Jan 1531 gempa bumi di Lisbon, Portugal, 30.000 orang tewas
- 26 Jan 1700 gempa di Laut Pasifik, dari Vancouver Island, Southwest Canada off British Columbia hingga Northern California, Pacific Northwest, USA. Dikenal sebagai megathrust earthquake.
- 26 Jul 1805 gempa bumi di Naples, Calabria, Italy, 26.000 orang tewas
- 26 Agt 1883 Gunung Krakatau meletus, 36.000 orang diperkirakan tewas
- 26 Des 1861 gempa bumi di Egion, Yunani
- 26 Mar 1872 gempa bumi di Owens Valley, USA
- 26 Agt 1896 gempa bumi di Skeid, Land, Islandia
- 26 Nop 1902 gempa bumi di Bohemia, sekarang Czech Republic
- 26 Nop 1930 gempa bumi di Izu
- 26 Sep 1932 gempa bumi di Ierissos, Yunani
- 26 Des 1932 gempa bumi di Kansu, Cina, 70.000 orang tewas
- 26 Okt 1935 gempa bumi di Colombia
- 26 Des 1939 gempa bumi di Erzincan, Turki, 41.000 orang tewas
- 26 Nov 1943 gempa di Tosya Ladik, Turki
- 26 Des 1949 gempa bumi di Imaichi, Jepang
- 26 Mei 1957 gempa di Bolu Abant, Turki
- 26 Mar 1963, gempa bumi di Wakasa Bay, Jepang
- 26 Jul 1963 gempa bumi di Skopje, Yugoslavia, 1.000 orang tewas
- 26 Mei 1964 gempa bumi di S. Sandwich Island
- 26 Jul 1967 gempa bumi di Pulumur, Turki
- 26 Sep 1970 gempa bumi di Bahia Solano, Colombia
- 26 Jul 1971 gempa bumi di Solomon Island
- 26 Apr 1972 gempa bumi di Ezine, Turki
- 26 Mei 1975 gempa bumi di N. Atlantic
- 26 Mar 1977 gempa bumi di Palu, Turki
- 26 Des 1979 gempa bumi di Carlisle, Inggris
- 26 Apr 1981 gempa bumi di Westmorland, USA
- 26 Mei 1983 gempa bumi di Nihonkai, Chubu, Jepang
- 26 Jan 1985 gempa bumi di Mendoza, Argentina
- 26 Jan 1986 gempa bumi di Tres Pinos, USA
- 26 Apr 1992 gempa bumi di Cape Mendocino, California, USA
- 26 Okt 1997 gempa bumi di Italia
- 26 Des 2004 Tsunami Aceh
- 26 Mei 2006 Gempa Jogja
- 26 Juni 2010 Gempa Tasik
- 26 Okt 2010 Tsunami Mentawai
- 26 Okt 2010 Merapi meletus.
Saya akan memberikan gambaran itu untuk kalian.
Namun, kita hanya akan melihat gambaran bencana yang terjadi pada abad 20 dan 21. Jadi, kita akan menghilangkan bencana no.1 sampai no.7 karena bencana-bencana tersebut terjadi sebelum tahun 1900. Lalu, saya akan membuang bencana no.33 hingga no.37 (yang terjadi di Indonesia) karena sudah saya bahas di atas. Lagipula, kita memang harus mengeluarkan bencana gunung meletus dan tsunami karena daftar itu seluruhnya berisi bencana gempa bumi.
Sekarang kita memiliki daftar 25 bencana gempa bumi dunia yang terjadi pada tanggal 26 antara tahun 1900 hingga sekarang.
Apakah jumlah ini cukup banyak sehingga kita bisa menganggap tanggal 26 memiliki arti mistis?
Tentu saja tidak. Saya akan tunjukkan dengan statistik.
Di wikipedia, ada satu halaman khusus yang mendaftar gempa-gempa bumi yang terjadi antara tahun 1900 hingga sekarang. Kalian bisa melihat daftar itu dengan mengklik disini. Dalam daftar ini terdapat 1.316 gempa yang terjadi di seluruh dunia (Bukankah luar biasa ada orang yang sedemikian rajinnya membuat daftar ini?).
Lalu, saya menghitung jumlah gempa berdasarkan tanggal terjadinya. Ternyata dari 1.316 gempa bumi tersebut, yang terjadi pada tanggal 26 hanya muncul sebanyak 50 kali (lebih banyak dari 25 gempa di daftar atas). Namun, jumlah ini hanya 3,8% dari keseluruhan daftar tersebut.
1.316 gempa itu ternyata terbagi hampir merata pada semua tanggal.
Tanggal terbanyak terjadinya gempa adalah tanggal 14 (57 kali - 4,33%). Lalu yang kedua adalah tanggal 25 (55 kali - 4,18%) dan disusul dengan tanggal 22 (54 kali - 4,10%).
Tanggal yang paling sedikit terjadi gempa adalah tanggal 31, yaitu hanya terjadi sebanyak 26 kali atau 1,98%. Ini wajar karena tanggal 31 hanya muncul 7 kali dalam 1 tahun.
Tanggal 26 menempati urutan ke 4 bersama-sama dengan tanggal 21 dan tanggal 13.
Saya mengkonversi data ini ke dalam sebuah chart untuk mempermudah melihat persentase tiap tanggal.
Hasilnya: sebuah roda yang sangat cantik.
Susunan warna pada roda tersebut menunjukkan kalau tidak ada tanggal yang mendominasi bencana. Semua mendapat jatahnya masing-masing.
Nah, sekarang, masihkah percaya kalau tanggal 26 adalah tanggal spesialis bencana?
Sekarang, secara singkat mengenai angka 66.
Orang-orang mulai menghubungkan angka 66 karena menghitung jarak antara gempa Yogyakarta tanggal 21 Agustus 2010 hingga meletusnya Merapi tanggal 26 Oktober 2010, yang jika dijumlahkan memiliki selang waktu 66 hari. Inipun bisa diperdebatkan karena jika kita berpatokan pada awal meletusnya Merapi, yaitu tanggal 25, maka selang harinya menjadi 65 bukan 66.
Kalau kita menghitung dari tanggal Merapi meminta korban jiwa, maka memang ada selang 66 hari.
Lalu, yang spektakuler adalah, angka 66 kemudian dihubungkan dengan nama Mbah Marijan, sang juru kunci gunung Merapi, yaitu dengan menghitung urutan abjad namanya dan menjumlahkannya.
M = 13, A = 1, R = 18, I = 9, J = 10, A = 1, N = 14
Jika dijumlah, kita mendapatkan total angka = 66.
Hitungan ini benar. Namun masalahnya satu. Penulisan nama mbah Marijan yang benar adalah MARIDJAN, bukan MARIJAN. Ejaan nama "Maridjan" ini bisa kalian lihat pada papan nama di rumahnya.
Jika menggunakan nama "Maridjan", maka kita mendapatkan angka 70.
Maka rusaklah hubungannya dengan angka 66.
Numerologi memang menarik. Dalam banyak kebudayaan, seperti kebudayaan Cina misalnya, numerologi memegang peranan cukup penting. Tulisan kali ini tidak dimaksudkan untuk menentang kepercayaan masyarakat tertentu. Saya hanya berusaha menilai sebuah berita dengan lebih objektif. Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar