Jumat, 28 Oktober 2011

Sumpah Pemuda : Cerita Dibalik Pergolakan Pemuda Indonesia

Hari ini kita pemuda - pemudi Indonesia merayakan Hari Sumpah Pemuda yang merupakan tonggak perjuangan pemuda Indonesia. Seperti yang saya lihat waktu berangkat kerja, pagi-pagi lapangan alun-alun Gianyar sudah dipenuhi anak-anak sekolahan yang bakal merayakan Hari Sumpah Pemuda ini. Mungkin tidak banyak yang tahu cerita di balik lahirnya Sumpah Pemuda ini. Karena itu saya hanya ingin sedikit berbagi tentang cerita dibalik pergolakan pemuda Indonesia yang pada puncaknya melahirkan apa yang kita kenal dengan Sumpah Pemuda.


Salah seorang penjajah yang menjadi pembakar semangat lahirnya SUMPAH PEMUDA adalah Hendrikus Colijn. Hendrikus (Hendrik) Colijn (22 Juni 1869 – 18 September 1944) adalah seorang prajurit, pebisnis, dan politikus Belanda yang sukses, yg berhasil mematahkan perlawanan rakyat aceh (waktu itu jadi letnan nya gubernur jendral hindia belanda si J.B. van Heutsz). Lalu bagaimana ceritanya si Hendrik ini bisa memicu lahirnya Sumpah Pemuda? Sejarahnya begini, sekitar tahun 1927 – 1928, si Hendrik ngeluarin pamflet yg isinya,
Kesatuan Indonesia adalah konsep kosong. Masing-masing pulau dan daerah Indonesia ini adalah etnis yang terpisah-pisah sehingga masa depan jajahan ini tak mungkin tanpa dibagi dalam wilayah-wilayah.

Pamflet ini membakar semangat pemuda2 Indonesia yg sudah tergabung dalam gerakan2 kepemudaan. Antara lain :
  1. Tri Koro Darmo yang kemudian menjadi Jong Java (1915),
  2. Jong Sumatranen Bond (1917),
  3. Jong Islamieten bond (1924),
  4. Jong Batak, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon, Sekar Rukun dan Pemuda Kaum Betawi.
  5. Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) yang berdiri setelah selesai Kongres Pemuda I pada tahun 1926.
PPPI merupakan wadah pemuda nasionalis radikal non kedaerahan. Dari sinilah pemuda-pemudi Indonesia pada waktu itu bertekat bulat menghilangkan perbedaan tentang SARA (Suku Agama, Ras dan Antar golongan).

Kemudian PPPI berinisiatif untuk mengadakan Kongres Pemuda Ke-II. Kemudian kongres ini dilaksanakan di tiga tempat berbeda. 
  1. Rapat Pertama, Gedung Katholieke Jongenlingen Bond.
    Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Lapangan Banteng. Dalam sambutannya, Soegondo berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Jamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.
    Gedung Katholieke Jongenlingen Bond.jpg
  2. Rapat Kedua, Gedung Oost-Java Bioscoop.
    Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, sependapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.
  3. Rapat Ketiga, Gedung Indonesisch Huis Kramat.
    Pada sesi berikutnya, Soenario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.
    Gedung Indonesisch Huis.jpg
Sebelum kongres ditutup diperdengarkan lagu "Indonesia" karya Wage Rudolf Supratman. Lagu tersebut disambut dengan sangat meriah oleh peserta kongres. Kongres ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres. Oleh para pemuda yang hadir, rumusan itu diucapkan sebagai Sumpah Setia, berbunyi :
PERTAMA

KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA,
MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE,
TANAH INDONESIA.

KEDOEA

KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA,
MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE,
BANGSA INDONESIA.

KETIGA

KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA, MENDJOENDJOENG BAHASA PERSATOEAN,
BAHASA INDONESIA

Nah, tanggal 28 Oktober 1928 yang bertepatan dengan penetapan putusan kongres (Isi Sumpah Pemuda) dan penutupan Kongres Pemuda II inilah yang dikenang sebagai Hari Sumpah Pemuda. Ini membuktikan bahwa walau berbada suku, ras, agama, ataupun golongan, pemuda-pemudi Indonesia tetap menjujung kesatuan sejak dari dulu.

Untuk itulah kita seharusnya malu kepada pendahulu kita. Kita yang katanya generasi penerus yang notabena berpendidikan dan berpengetahuan modern malah tidak mengerti akan makna "Sumpah Pemuda". Banyak perilaku pemuda hari ini yang tidak mencerminkan semangat "Sumpah Pemuda". Tawuran, perkelahian antar siswa dan mahasiswa, dan kelompok-kelompok yang mengatasnamakan suku dan agama berbuat seenaknya. Mari kita bangun lagi rasa persatuan itu agar nantinya kita dikenal sebagai bangsa yang besar dan bermartabat.

Berikut video yang sedikit menggambarkan tercetusnya Sumpah Pemuda. Video berikut merupakan cuplikan dari film Ruma Maida.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar